Kamis, 02 Mei 2013

Coklat Membuatmu Lebih Pintar?



Mengkonsumsi lebih banyak coklat terbukti meningkatkan kemungkinan suatu negara melahirkan peraih Nobel, inilah hasil penelitian terkini mengenai konsumsi coklat, bagaimana penjelasannya?

Penelitian ini dilakukan oleh Franz Messerli dari Columbia University, ia mulai melihat kekuatan cokelat ini, setelah membaca artikel bahwa coklat adalah salah satu makanan terbaik di dunia.

Terdapat literatur yang menjelaskan bahwa mengkonsumsi cocoa (coklat) akan memperbaiki fungsi mental bagi pasien lanjut usia yang memiliki gangguan kognitif ringan, kondisi dimana manusia memiliki kecenderungan mengalami sindrom dimensia, dimensia adalah menurunnya fungsi otak biasanya ditandai dengan sering lupa atau sering disebut pikun.

Terdapat data yang menunjukan bahwa tikus dapat hidup lebih lama dan memiliki fungsi kognitif yang lebih baik ketika mereka memakan coklat, bahkan pada peningkatan memori juga pada hewan siput atau yang sering kita sebut bekicot.

Messerli dalam penelitiannya mengambil sampel beberapa pemenang nobel digolongkan menurut negaranya sebagai indikator umum intelegensi nasional dan membandingkannya dengan jumlah konsumsi cokelat negara tersebut. Hasilnya mencengangkan dan dipublikasi di New England Journal of Medicine.

Grafik Perbandingan Jumlah konsumsi coklat vs peraih nobel  per kapita

Beliau mengatakan, “Ketika kita menghubungkan keduanya yaitu konsumsi coklat dan jumlah peraih nobel per capita terdapat korelasi yang luar biasa erat”

Korelasi ini memiliki “P value” 0,0001”, semakin kecil “P value” maka semakin akurat jika anda ingat pelajaran statistika. Ini berarti kurang dari 1 banding 10.000 kemungkinan bahwa hubungan ini tidak signifikan.

Memang tidak mengejutkan bahwa Swiss ada di tingkat teratas, mereka memiliki tingkat konsumsi coklat per kepala dan peraih pemenang nobel tertinggi per capita.

Swedia yang merupakan anomali disini. Memiliki peraih nobel lebih tinggi, tetapi memiliki konsumsi coklat yang lebih sedikit dari rata-rata.

Messerli memiliki teori bahwa para peraih nobel biasanya didonasi dan dievaluasi di Swedia (selain Nobel Perdamaian) jadi Messerli berpikir bahwa Swedia mungkin memiliki bias nasionalisme.

Swiss adalah negara dengan konsumsi cokelat terbesar, dan merupakan negara peraih Nobel per kepala terbanyak.

Untuk memenangkan nobel, seseorang harus memiliki sesuatu yang berbeda yang belum pernah terpikirkan oleh orang lain sebelumnya, cokelat mendukung hal ini karena mengkonsumsinya membuat kita merasa lebih baik – Prof. Christopher Pissarides

“Kita melakukan survey yang tidak terlalu ilmiah untuk meyakinkan seberapa banyak para peraih nobel mengkonsumsi coklat.”

Christopher Pissarides, dari London School of Economics, meyakinkan bahwa konsumsi coklat selalu menyertai dirinya meraih Nobel Ekonomi pada tahun 2010

 “Sepanjang hidup saya, sejak masih kecil, coklat adalah makanan kegemaran sehari-hari. Coklat selalu membuat saya merasa lebih baik, ketika memakannya”

 “Untuk memenanghkan Nobel, saya harus membuat sesuatu yang orang lain belum pernah pikirkan sebelumnya. Dan coklat membuat perasaan kita lebih baik, itulah kontribusinya, Tentu saja ini bukan faktor utama, tetapi hal apapun yang mengkontribusi kehidupan dan cara pandang yang lebih baik, pastinya memberikan kontribusi yang besar bagi pekerjaan yang kita lakukan.” ujar Rolf Zinkernagel, ilmuwan besar Swiss, yang memenangkan hadiah Nobel pada tahun 1996

Swedia hanya memiliki besar konsumsi coklat setengah dari Jerman, tetapi memiliki jumlah pemenang nobel per kepala dua kali lebih besar dari negara tersebut, apakah sebenarnya bukan coklat yang membuat pandai tetapi bakso? :D 

“Saya diluar kategori tersebut, saya tidak pernah makan coklat lebih dari setengah kilogram per tahun.” Ingat Rolf

Coklat yang berwarna gelap membuat anda lebih baik dari pada milk coklat.” - Eric Cornell

Robert Grubbs, orang amerika yang memenangkan hadiah Nobel bidang kimia pada tahun 2005, mengatakan bahwa dia mengkonsumsi coklat setiap saat “Teman saya memperkenalkan coklat dan bir ketika kita masih muda, saya memodifikasinya sekarang menjadi coklat dan anggur merah.” :D "Saya suka makan coklat ketika hiking, dan memakannya setiap waktu.”

Orang Jepang sangat menyukai coklat sebagai konsumsi tambahan atau snack, konsumsi coklat mereka cenderung lebih sedikit, seperti peraihan hadiah Nobelnya 

Mungkin sedikit berlebihan jika kita membahas coklat adalah faktor utama untuk memperoleh hadiah Nobel. Keterhubungan yang kuat bukan berarti adalah sebab akibat.

Messerli memberikan contoh lain. Pasca perang di Jerman, angka kelahiran menurun bersama dengan populasi bangau. Apakah semakin sedikitnya bangau menyebabkan semakin sedikitnya bayi?

Jawabannya adalah, semakin banyaknya rumah penduduk yang dibangun, menghancurkan habitat bangau. Serta trend pembangunan rumah-rumah dengan tipe kecil pada saat itu, menimbulkan keengganan keluarga untuk membesarkan banyak anak.

“Ini adalah pemikiran yang sangat umum,” jelasnya, ketika kita melihat keterhubungan, kita memiliki sudut pandang bahwa pasti ada sebab akibat antara satu dan lainnya. Secara umum hal ini benar, tetapi kita tidak dapat menyampingkan beberapa contoh klasik dimana tidak ditemukan alasan yang valid, mengapa kedua hal ini sangat berkaitan.

Kutipan dari BBC News

Tidak ada komentar:

Posting Komentar